Pernyataan kontroversial dari pakar keamanan Pakistan, Imtiaz Gul, menyulut badai politik dan militer baru di Islamabad setelah ia mengklaim bahwa Pangkalan Udara Nur Khan di Rawalpindi berada di bawah kendali Amerika Serikat. Dalam video yang viral di media sosial, Gul menegaskan bahwa bahkan perwira senior Angkatan Darat Pakistan tidak memiliki kewenangan untuk campur tangan dalam aktivitas di pangkalan tersebut, menimbulkan pertanyaan serius tentang kedaulatan negara.
Klaim tersebut semakin memanas seiring dengan meningkatnya ketegangan regional pascaserangan udara India dalam Operasi Sindoor. Serangan ini menyasar langsung pangkalan Nur Khan, yang hanya berjarak 10 kilometer dari Islamabad, sekaligus menyoroti nilai strategisnya. Pangkalan ini bukan hanya penting untuk operasi udara militer Pakistan, tetapi juga menjadi pusat logistik vital dalam berbagai misi domestik dan regional.
Nur Khan Airbase selama ini dikenal sebagai jantung transportasi udara militer Pakistan. Di sinilah skuadron pesawat angkut C-130 Hercules dan pesawat pengisi bahan bakar IL-78 bermarkas. Infrastruktur pangkalan ini terintegrasi dengan Bandara Internasional Benazir Bhutto serta institusi pendidikan militer seperti PAF College Chaklala dan Fazaia Inter College.
Namun, klaim keterlibatan langsung Amerika di pangkalan tersebut bukanlah hal baru bagi para pengamat geopolitik. Sejak awal 2000-an, kerja sama militer rahasia antara Washington dan Islamabad diyakini telah memperkuat kehadiran fisik dan intelijen AS di Pakistan, utamanya dalam rangka perang terhadap terorisme. Yang mengejutkan adalah keterbukaan Gul dalam menyampaikan isu ini ke publik.
Reaksi publik Pakistan sangat beragam. Sementara sebagian menuduh pemerintah terlalu tunduk pada tekanan Washington, sebagian lain mempertanyakan keabsahan dan motif di balik pernyataan Gul. Namun, tak bisa dimungkiri bahwa transparansi dalam kerja sama militer ini menjadi semakin penting ketika melibatkan fasilitas strategis seperti Nur Khan.
Pangkalan ini juga berada dekat dengan Divisi Rencana Strategis Pakistan, yakni otoritas pengendali program nuklir negara tersebut. Hal ini menambah sensitivitas klaim bahwa pihak asing memiliki akses eksklusif terhadap wilayah yang begitu vital. Jika benar demikian, maka risiko kebocoran informasi strategis atau manipulasi asing atas sistem pertahanan Pakistan semakin terbuka.
Serangan India dalam Operasi Sindoor ke pangkalan tersebut menambah dimensi baru terhadap kontroversi ini. Tidak hanya menunjukkan betapa pentingnya pangkalan tersebut bagi Pakistan, tetapi juga bagaimana lokasi tersebut menjadi sasaran dalam konflik terbuka antar dua negara bersenjata nuklir di Asia Selatan. Pesan simbolik dan strategis India dalam menyasar Nur Khan begitu kuat.
Pemerintah India sendiri tidak secara resmi mengonfirmasi rincian target mereka, namun sejumlah laporan menunjukkan bahwa kerusakan memang terjadi di bagian logistik udara Nur Khan. India menyebut serangan itu sebagai balasan atas serangan teror di Pahalgam yang menewaskan lebih dari dua puluh warga sipil, sebagian besar wisatawan.
Di balik peristiwa ini, muncul spekulasi bahwa Amerika mengetahui dan bahkan mungkin merestui serangan India, mengingat jika benar pangkalan itu berada di bawah pengawasan mereka. Namun, baik Washington maupun Islamabad belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai kebenaran tuduhan tersebut. Diamnya kedua belah pihak justru memperkuat asumsi publik akan adanya kesepakatan rahasia.
Isu ini juga menjadi bola liar di parlemen Pakistan, dengan sejumlah anggota oposisi menuntut transparansi dari pemerintah dan militer. Mereka mendesak agar laporan lengkap mengenai status hukum dan operasional pangkalan Nur Khan dipublikasikan untuk menepis keraguan publik yang semakin meluas.
Sementara itu, media internasional mulai menyoroti ulang sejarah kerja sama militer AS-Pakistan. Beberapa pengamat mencatat bahwa Nur Khan Airbase sebelumnya digunakan dalam operasi rahasia CIA, termasuk pengangkutan logistik ke Afghanistan serta kegiatan intelijen terhadap Iran dan Tiongkok.
Keraguan mengenai penguasaan penuh pemerintah Pakistan atas aset militernya juga menjadi bahan evaluasi dalam aliansi pertahanan regional. Negara-negara seperti Tiongkok dan Iran kemungkinan akan meninjau ulang sejauh mana Pakistan dapat dijadikan mitra strategis yang independen dalam aliansi militer non-Barat.
Dalam perspektif geopolitik, klaim Gul ini dapat dimaknai sebagai peringatan akan bahaya kolonialisasi militer modern, di mana kedaulatan negara-negara berkembang tergerus secara diam-diam oleh kekuatan besar melalui pangkalan, pelabuhan, dan infrastruktur strategis.
Imbasnya, kepercayaan publik terhadap militer Pakistan, yang selama ini dikenal sangat kuat dan otonom, mulai mengalami erosi. Jika benar bahwa bahkan perwira tinggi tidak diizinkan masuk ke pangkalan tertentu, maka struktur hierarki dan kendali dalam sistem keamanan nasional patut dipertanyakan.
Pemerintah Pakistan kini dihadapkan pada dilema besar. Di satu sisi, menyangkal keterlibatan AS bisa memicu ketegangan dengan mitra utama mereka dalam bantuan keamanan dan keuangan. Namun di sisi lain, membiarkan opini publik percaya bahwa aset strategis telah "disewa" kepada asing adalah risiko besar bagi stabilitas dalam negeri.
Klaim mengenai kehadiran pesawat-pesawat Amerika yang kerap mendarat tanpa pengawasan memperkuat kecurigaan bahwa pangkalan ini memang difungsikan sebagai pos terdepan Washington untuk operasi-operasi khusus di kawasan Asia Barat dan Tengah.
Jika polemik ini terus bergulir tanpa klarifikasi resmi, maka bisa saja muncul tekanan internasional untuk audit transparansi militer Pakistan, sebagaimana yang pernah dialami negara-negara seperti Turki dan Filipina dalam kasus pangkalan AS di wilayah mereka.
Ke depan, bukan mustahil bahwa Nur Khan Airbase akan menjadi simbol dari pertarungan antara kedaulatan nasional dan intervensi asing terselubung. Dalam politik global yang kian kompetitif, pangkalan militer bukan lagi sekadar bangunan pertahanan, tapi representasi kekuasaan dan arah keberpihakan.
Dengan meningkatnya ketegangan regional serta konflik terbuka antara India dan Pakistan, transparansi mengenai siapa yang mengendalikan pangkalan strategis seperti Nur Khan bukan hanya tuntutan dalam negeri, tetapi juga kepentingan global untuk memastikan stabilitas di kawasan paling berbahaya di dunia ini.
0 comments:
Post a Comment